Jurnalis 24 | Medan - Satu tahun kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto menjadi momen refleksi penting bagi bangsa untuk menilai arah pembangunan nasional.
Pemerintah tampaknya mulai menggeser fokus dari infrastruktur fisik menuju pembangunan manusia, khususnya melalui kebijakan di bidang pendidikan dan pemberdayaan rakyat kecil.
Langkah-langkah seperti pendirian Sekolah Rakyat dan Sekolah Garuda, kebijakan kenaikan gaji guru serta dosen berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2025, hingga Program Magang Nasional yang digagas Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker), menunjukkan komitmen baru terhadap penguatan sumber daya manusia Indonesia.
Koordinator DPD AMAN Sumut, Farhan Tamimi Mumtaza, menilai bahwa kebijakan-kebijakan tersebut menjadi tanda kebangkitan paradigma pembangunan manusia.
“Kita mulai melihat tanda-tanda Pemerintah tampaknya mulai menyadari bahwa membangun bangsa tidak cukup dengan beton dan jalan raya, setidaknya ini diskusi kita ketika membahas soal berbangsa ketika masih menempuh s1 dulu. Saya menilai bahwa fondasi sejati terletak pada manusia yang cerdas, produktif, dan berkarakter. Tentu hal seperti ini harus menjadi kesadaran secara kolektif” ujarnya di Medan, Kamis (16/10/2025).
Menurut Farhan, kehadiran Sekolah Rakyat dan Sekolah Garuda dapat menjadi simbol nyata kehadiran negara di pelosok apabila ini dilakukan dengan skema dan pengawasan yang matang. Sekolah ini tentu harus dirancang untuk menjangkau anak-anak dari keluarga kurang mampu dan daerah terpencil.
“Pada dasarnya kita selalu bermimpi terlebih yang dari pelosok bahkan batas desa dan sebagainya, bahwa Pendidikan tidak boleh berhenti di batas kota. Sekolah Rakyat harus memastikan anak-anak di desa, perbatasan, hingga kepulauan terpencil juga memiliki kesempatan belajar yang sama, Sementara itu kita juga sebenarnya mencoba menyoroti Sekolah Garuda yang kita harapkan juga menjadi semacam model pendidikan modern yang tetap berpijak pada akar budaya bangsa. Namun niat mulia ini haruslah didesain dengan skema yang matang dan pengawasan yang ketat. Kita tidak ingin sebenarnya program dan rencana untuk memajukan pendidikan malah berubah menjadi pengkerdilan anak bangsa. Kita sangat berharap impact dari program ini dapat menyiapkan generasi unggul tanpa kehilangan jati diri. Inilah keseimbangan antara intelektualitas dan moralitas yang harus dijaga ” katanya menegaskan.
Farhan juga mengapresiasi kepedulian dan kebijakan Bapak Presiden terhadap kenaikan gaji guru dan dosen yang diberlakukan tahun ini.
Menurutnya, hal itu bukan sekedar kebijakan ekonomi, melainkan bentuk penghormatan terhadap profesi pendidik. Namun ia tak lupa mengingatkan bahwa pemerataan tetap penting
“Menyoroti rencana Kenaikan gaji untuk pendidik, kebetulan juga saya anak dari seorang ayah yang berprofesi sebagai seorang pendidik. Menurut saya Kenaikan gaji bukan soal angka semata, tetapi bentuk pengakuan atas jasa mereka. Mustahil kita bicara kualitas pendidikan jika kesejahteraan guru diabaikan. Namun, yang tidak boleh kita lupakan juga adalah jangan sampai ada gap atau ketimpangan antara guru di kota dan di tempat terpencil, Guru di pelosok berhak atas penghargaan yang sama. Pemerataan itu kunci” Ujarnya.
Selain pendidikan formal, Farhan menyoroti pentingnya Program Magang Nasional sebagai jembatan antara dunia kampus dan dunia kerja.
Ia menilai program ini berpotensi menekan angka pengangguran muda sekaligus memperkuat kesiapan industri menghadapi transformasi digital.
“Mahasiswa butuh pengalaman langsung di lapangan. Program magang ini harus membuka pintu bagi semua wilayah — dari Sumatera sampai Papua — agar keadilan kesempatan benar-benar terwujud,” katanya.
Dalam refleksinya, Farhan menilai satu tahun pemerintahan Prabowo telah menanam fondasi awal bagi transformasi pendidikan dan pembangunan manusia. Namun, ia menekankan bahwa tantangan justru ada pada konsistensi pelaksanaan dan pengawasan implementasi di lapangan.
Sebagai representasi mahasiswa, AMAN Sumut berkomitmen untuk mengawal kebijakan pendidikan dan pemberdayaan rakyat kecil agar tetap berpihak pada keadilan sosial.
“Indonesia akan benar-benar maju jika pendidik dihargai, rakyat kecil diberdayakan, dan generasi muda diberi ruang berkontribusi. Itulah jalan menuju bangsa yang berdaulat dan berkeadilan,” Tutup Farhan. (SPT)